Gap year adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan waktu istirahat atau liburan panjang yang diambil oleh lulusan sekolah menengah atau mahasiswa sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan atau memulai karir. Pada dasarnya, gap year bukan sekadar keterpaksaan, melainkan merupakan sebuah pilihan. Pelajar di seluruh dunia pada umumnya mengambil gap year untuk beristirahat dari segala kesibukan di bangku pendidikan menengah dan mempersiapkan diri mereka untuk pendidikan tinggi nantinya.

Pemaknaan gap year sendiri sangat multitafsir, bisa menjadi hal yang baik atau buruk tergantung individu yang menjalaninya. Seperti pisau bermata dua, jika salah dalam menjalaninya gap year hanya akan membuat waktu yang ada jadi sia-sia begitu saja. Oleh karena itu terdapat beberapa hal yang yang harus diperhatikan, antara lain:

Manfaat:

1. Meningkatkan Kematangan Berpikir

Memilih untuk menjadi gap year bukanlah hal yang buruk. Beberapa orang memilih untuk menjadi gap year karena ingin istitrahat sejenak untuk merenungkan dan memikirkan hal-hal positif yang akan dilakukan selanjutnya. Terkadang seseorang membutuhkan jeda waktu untuk bernafas sejenak untuk lebih mematangkan dalam mengambil keputusan yang lebih tepat. Seseorang memiliki kesempatan untuk meninggalkan lingkungan akademik dan mengalami dunia di luar sekolah atau universitas. Hal ini dapat membantu mereka mengembangkan perspektif yang lebih luas dan kematangan dalam berpikir.

2. Memperluas Pengalaman dan Pengetahuan

Gap year dapat menjadi waktu yang tepat untuk memperluas pengalaman dan pengetahuan. Selama periode tersebut, kalian memiliki kesempatan untuk keluar dari lingkungan akademik dan menjelajahi dunia di sekitar. Beberapa hal yang bisa dijadikan pilihan yang tepat ketika gap year adalah mempelajari bahasa asing, menghadiri program pendidikan non-formal, menjadi relawan, atau bisa mengeksplorasi diri. Intinya selama gap year kalian bisa memanfaatkan momentum untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang sebelumnya belum pernah kalian dapatkan agar nantinya ketika ingin melanjutkan jenjang pendidikan atau karir kalian lebih siap dan tangguh.

3. Meningkatkan Kesadaran Sosial

Selama periode gap year, seseorang memiliki kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan sosial, mempelajari masalah sosial yang ada, dan berinteraksi dengan berbagai komunitas. Salah satu hal yang bisa menjadi pilihan yaitu menjadi relawan. Bergabung dengan program relawan lokal atau internasional memungkinkan seseorang untuk terlibat langsung dalam upaya membantu masyarakat yang membutuhkan. Dalam proses ini, mereka akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah sosial, kesenjangan, dan tantangan yang dihadapi oleh berbagai komunitas. Ini membantu meningkatkan kesaadaran sosial dan empati terhadap orang lain.

4. Bisa Bekerja Dulu

Gap year dengan bekerja adalah salah satu pendekatan yang populer untuk mengisi waktu luang tersebut. Gap year dengan bekerja dapat membantu kalian menjelajahi berbagai bidang dan industri. Dengan mencoba pekerjaan di berbagai sektor, kalian dapat mengidentifikasi minat dan keahlian kalian serta mendapatkan wawasan tentang jalur karir yang berbeda. Hal ini membantu dalam membuat keputusan yang lebih baik tentang masa depan profesional. Selain itu juga memberikan kesempatan untuk mendapatkan mentorship, rekomendasi pekerjaan, atau kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang karir yang kalian inginkan.

Resiko:

1. Kesulitan Kembali ke Rutunitas Akademik Formal

Memulai kembali rutinitas akademik formal setelah menjalani gap year dapat menghadirkan beberapa tantangan. Setelah menjalani gap year, kalian mungkin perlu beradaptasi kembali dengan lingkungan akademik yang terstruktur, seperti kuliah, tugas, dan ujian. Kalian harus membiasakan dengan kebiasaan baru dilingkungan kampus dimana kalian harus mentaati semua aturan yang berlaku. Adaptasi ini pun juga memerlukan waktu yang tentunya tidak sebentar. Seseorang mungkin memerlukan waktu beberapa bulan untuk kembali mengasah otak mereka dan beradaptasi dengan cara belajar dengan metode formal di perguruan tinggi.

2. Stigma Negatif Dari Tetangga

Hidup dilingkungan masyarakat tentunya tidak akan terlepas dari omongan atau asumsi yang muncul ditengah-tengah anda bermasyarakat. Mereka yang gap year sendiri tentunya tidak semua orang paham tentang manfaat dan tujuannya. Apalagi di desa, masyarakat desa tidak akan paham konsep dan esensi gap year itu sendiri. Masyarakat desa pasti menganggap orang yang tidak melanjutkan studi atau bekerja sebagai pengangguran. Selain itu belum lagia adanya stigma seperti malas atau menjadi beban orang tua pasti akan menempel kepada mereka yang memilih untuk gap year.

3. Lebih Banyak Biaya Yang Dikeluarkan 

Banyak dari mereka yang memanfaatkan gap year untuk liburan atau trevelling selama tidak menempuh jenjang pendidikan. Tindakan tersebut memang baik untuk kesehatan mental, namun buruk terhadap kesehatan kantong karena akan membutuhkan banyak uang karena liburan terkadang membutuhkan biaya yang mahal. Selain itu, kalian juga masih akan membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan, uang untuk nongkrong, dan kegiatan lainnya. Biaya ini dapat bervariasi tergantung pada tempat tinggal dan gaya hidup yang dipilih.

4. Membuat Seseorang Malas

Mengambil gap year bisa memberikan kebebasan dan waktu luang yang lebih besar dibandingkan dengan rutinitas akademik. Namun, ada risiko bahwa gap year dapat membuat seseorang merasa malas atau kurang termotivasi. Tanpa jadwal harian atau tuntutan akademik yang ketat, seseorang mungkin merasa kehilangan struktur dan tanggung jawab dalam hidup mereka. Ini dapat menyebabkan kecenderungan untuk menjadi malas atau menunda-nunda.