Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. Jadi, pendidikan karakter ini membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral. Secara terminologis, makna karakter sebagaimana dikemukakan oleh Thomas Lickona: A reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way.” Selanjutnya dia menambahkan, “Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior”. Menurut Thomas Lickona, karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitides), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).

Menurut Thomas Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Berkaitan dengan hal ini dia juga mengemukakan: Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values” (Pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk membantu manusia memahami, peduli tentang, dan melaksanakan nilai-nilai etika inti). Bahkan dalam buku Character Matters dia menyebutkan: Character education is the deliberate effort to cultivate virtue—that is objectively good human qualities—that are good for the individual person and good for the whole society (Pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga baik

untuk masyarakat secara keseluruhan).

Dengan demikian, proses pendidikan karakter, ataupun pendidikan akhlak dan karakter bangsa sudah tentu harus dipandang sebagai usaha sadar dan terencana, bukan usaha yang sifatnya terjadi secara kebetulan. Bahkan kata lain, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan.

Thomas Lickona menyebutkan tujuh unsur-unsur karakter esensial

dan utama yang harus ditanamkan kepada peserta didik yang meliputi:

1. Ketulusan hati atau kejujuran (honesty).

2. Belas kasih (compassion);

3. Kegagahberanian (courage);

4. Kasih sayang (kindness);

5. Kontrol diri (self-control);

6. Kerja sama (cooperation);

7. Kerja keras (deligence or hard work).

Tujuh karater inti (core characters) inilah, menurut Thomas Lickona, yang paling penting dan mendasar untuk dikembangan pada peserta didik, disamping sekian banyak unsur-unsur karakterlainnya. Jika dianalisis dari sudut kepentingan restorasi kehidupan Bangsa Indonesia ketujuh karakter tersebut memang benar-benar menjadi unsur-unsur yang sangat esensial dalam mengembangkan jati diri bangsa melalui pendidikan karakter. Di antaranya, unsur ketulusan hati atau kejujuran, Bangsa Indonesia saat ini sangat memerlukan kehadiran warga negara yang memiliki tingkat kejujuran  yang tinggi. Membudayakan ketidakjujuran merupakan salah satu tandatanda kehancuran suatu bangsa. Lebih dari itu, unsur karakter yang ketujuh adalah kerja keras (diligence or hard work). Karena itu, kejujuran dan kerja keras didukung juga oleh unsur karakter yang keenam, yakni kerja sama yang akan memunculkan pengembangan karakter yang lebih konfrehensif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara menjelang terjadinya suksesi kepemimpinan nasional, yang diawali dengan pemilihan presiden pada tanggal 14 Februari 2024 yang akan datang. Selain itu, tujuh unsur karakter yang menjadi karakter inti tersebut, para pegiat pendidikan karakter mencoba melukiskan pilar-pilar penting karakter dalam gambar dengan menunjukkan hubungan sinergis antara keluarga, (home), sekolah (school), masyarakat (community) dan dunia usaha (business). Adapun Sembilan unsur karakter tersebut meliputi unsur-unsur karakter inti (core characters) sebagai berikut:

1. Responsibility (tanggung jawab);

2. Respect (rasa hormat);

3. Fairness (keadilan);

4. Courage (keberanian);

5. Honesty (belas kasih);

6. Citizenship (kewarganegaraan);

7. Self-descipline (disiplin diri);

8. Caring (peduli), dan

9. Perseverance (ketekunan).